Menjaga Jati Diri di Pusaran Kesejagatan: Usaha Pelanggengan Adat dan Bahasa Kawasan
Era kesejagatan atau globalisasi membawa serta arus informasi, teknologi, dan budaya yang tak terbendung. Di satu sisi, ini adalah peluang untuk konektivitas dan kemajuan. Namun, di sisi lain, ia juga menghadirkan tantangan serius bagi eksistensi adat serta bahasa kawasan, yang seringkali terancam homogenisasi dan dominasi budaya global. Dalam konteks ini, usaha pelanggengan menjadi krusial, bukan sebagai bentuk penolakan terhadap modernitas, melainkan sebagai upaya dinamis untuk menjaga kekayaan identitas.
Tantangan di Tengah Arus Global
Dominasi bahasa-bahasa besar, terutama Inggris, dalam ranah digital, pendidikan, dan ekonomi global, seringkali membuat generasi muda merasa bahasa ibu mereka kurang relevan. Demikian pula, praktik adat istiadat tradisional dapat tergerus oleh gaya hidup modern, budaya populer, dan minimnya pewarisan nilai dari generasi tua ke muda. Jika tidak ada upaya serius, dikhawatirkan banyak bahasa dan adat lokal akan punah, membawa serta kearifan lokal dan sejarah yang tak ternilai.
Strategi Pelanggengan yang Inovatif
Pelanggengan adat dan bahasa kawasan di tahun kesejagatan membutuhkan pendekatan yang cerdas dan adaptif, tidak bisa lagi hanya mengandalkan metode tradisional:
- Digitalisasi dan Kreativitas Konten: Pemanfaatan teknologi menjadi kunci. Pembuatan kamus digital, aplikasi pembelajaran bahasa daerah, kanal YouTube berisi cerita rakyat atau tutorial adat, serta penggunaan media sosial untuk mempromosikan festival budaya, adalah cara efektif menjangkau generasi milenial dan Gen Z.
- Integrasi dalam Pendidikan dan Kehidupan Sehari-hari: Adat dan bahasa perlu dihidupkan, bukan sekadar diawetkan. Ini berarti memasukkannya dalam kurikulum lokal, mendorong penggunaannya dalam percakapan keluarga, dan mengintegrasikannya ke dalam produk kreatif seperti fashion, musik, film, atau kuliner modern.
- Revitalisasi Melalui Komunitas dan Kolaborasi: Mengaktifkan kembali sanggar seni, kelompok kajian adat, dan festival budaya yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat dari berbagai usia. Kolaborasi dengan seniman, akademisi, dan pemerintah daerah juga penting untuk menghasilkan program pelanggengan yang berkelanjutan.
- Kebijakan Afirmatif dan Dukungan Pemerintah: Pemerintah daerah memiliki peran vital dalam merumuskan kebijakan yang mendukung, seperti regulasi penggunaan bahasa daerah dalam ruang publik tertentu, pemberian insentif bagi pegiat budaya, serta alokasi dana untuk program pelestarian.
Menatap Masa Depan
Usaha pelanggengan adat dan bahasa kawasan di tahun kesejagatan bukanlah upaya untuk kembali ke masa lalu, melainkan untuk membawa masa lalu ke masa depan. Ini adalah investasi dalam identitas, kearifan lokal, dan kekayaan peradaban yang tak tergantikan. Dengan adaptasi, inovasi, dan kolaborasi, adat serta bahasa kawasan dapat terus hidup, berkembang, dan menjadi jembatan yang kokoh antara warisan leluhur dengan tantangan zaman modern.
