Serangan siber (cyber) sudah membuat resah para pengusaha Amerika. Mereka pun mendesak pemerintah AS dan China untuk serius mengatasi serangan atas jaringan komputer korporat, baik penyusupan maupun pencurian data, yang kian menjadi-jadi.

“Kami hanya ingin berkata inilah saatnya bagi pemerintah untuk bertindak,” kata John Frisbie, presiden Dewan Bisnis AS-China, seperti dikutip kantor berita Reuters di Washington DC pada Senin waktu setempat. “Kami tahu banyak perusahaan yang kini terus menjadi sasaran dalam upaya menembus sistem mereka secara global,” lanjut Frisbie, mengatasnamakan dewan yang mewakili 230 perusahaan Amerika yang beroperasi di China.

Perusahaan-perusahaan media kelas kakap Amerika mengaku sudah menjadi korban serangan para peretas (hacker), yang dicurigai dari China. Mereka adalah The New York TimesWall Street Journal, dan The Washington Post.

Para media itu mengaku dalam beberapa hari terakhir sudah berkali-kali sistem komputer mereka diserang para hacker. Bahkan,Washington Post mengaku sudah mulai diserang sejak 2011.

Frisbie tampak enggan secara eksplisit menyebut China sebagai pihak yang bertanggungjawab atas maraknya serangan para hacker. Dia hanya mengatakan bila masalah itu gagal ditanggapi serius bisa mengancam hubungan dagang dua negara yang sudah konstruktif.

“Ini sudah menjadi masalah serius. Kami ingin kedua pemerintah bekerja bersama dan bagaimana mengatasinya terlepas dari mana masalah itu berpangkal dan kami mendorong mereka untuk bertindak tahun ini,” kata Frisbie.

Sementara itu, pemerintah China berkali-kali menegaskan sikapnya yang menentang sabotase apapun di dunia maya. Beijing mengaku juga bermasalah dengan ulah para peretas.